Banser Tanggap Bencana: Aksi Kontra, Melawan Radikalisme

Aksi menolong orang terdampak musibah bencana alam atau pertolongan darurat lainnya oleh kader Banser Tanggap Bencana yang dilakukan secara masif adalah bentuk ikhtiar mengamalkan dan mengamankan cita-cita perjuangan Gerakan Pemuda Ansor.

Tidak peduli apapun yang terjadi saat keadaan buruk, kader Banser melayani dan menyelamatkan masyarakat yang terkena musibah dengan tulus iklas.

Bagi kader Banser, terjun langsung melaksanakan tugas kemanusiaan merupakan kebanggaan yang menumbuhkan kebahagiaan hati. Mungkin ini yang disebut “candu” bahwa berbuat baik menolong orang akan selalu diulang karena mendatangkan kebahagiaan hidup bagi penolong maupun orang yang ditolong.

Menurut Hadits riwayat Ibnu Abbas RA, bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain”.

Semangat membantu sesama adalah karakter yang sangat kuat dimiliki kader penggerak dan ideologi GP Ansor ini.

Pertama, hal ini tercermin dari nama organisasi. Ansor artinya penolong, tabarruk dari kaum Ansor saat menolong rombongan Rasulullah saat peristiwa hijrah.

Kedua, Nawa Prasetya Banser ke-6 yakni peduli terhadap nasib umat manusia tanpa memandang suku, bangsa, agama dan golongan. Sumpah setia ini juga selaras dengan kode etik bantuan kemanusiaan internasional. Sebagaimana piagam kemanusiaan, bahwa bantuan atas dasar kemanusiaan itu yang utama dan diberikan tanpa diskriminasi memandang suku, bangsa, agama, golongan dan pandangan politik.

Ketiga, tulisan “Nahnu Ansharullah” pada logo Banser dimaknai sebagai tolong-menolong sesama hamba Allah.

Klop bukan? Sepertinya, satuan khusus Banser Tanggap Bencana merupakan wadah yang tepat bagi kader untuk mengaktualisasikan diri berkhidmat sesuai mandat organisasi yakni penanggulan bencana secara sigap dan bersahaja.

Sekarang mari kita lihat dari sudut pandang dari penerima manfaat atau orang yang ditolong. Orang yang mendapatkan pertolongan dari seseorang akan merasa lega, syukur dan merasa aman. Bagi yang ditolong kadang muncul hutang budi akibat rasa terima kasih karena kebaikan yang telah diterimanya dalam bentuk pertolongan dari orang lain.

Tak jarang situasi seperti itu dimanfaatkan oleh oknum-oknum lembaga yang mengatasnamakan kemanusiaan untuk melakukan pendekatan kepada orang dan kelompok-kelompok masyarakat.

Penderitaan korban bencana dieksploitasi oleh oknum untuk mendapatkan perhatian, simpati, dukungan dan donasi tanpa memandang martabatnya sebagai manusia. Kebaikan dimanfaatkan untuk menciptakan hutang budi seseorang, sehingga akan mudah melakukan pendekatan dan melakukan infiltrasi untuk kepentingan politik tertentu. Bahkan yang berbahaya adalah manifestasi tersebut dijadikan lahan mendukung kegiatan terorisme. Hal tersebut sangat bertentangan degan kode etik bahwa bantuan kemanusiaan terdapat kepentingan politik dan isu-isu SARA.

Kita masih ingat peristiwa beberapa tahun terakhir, bahwa terdapat kasus dimana kelompok teroris menggunakan dana kemanusiaan untuk kepentingan mereka. Aksi propaganda dan penarikan simpati menggunakan isu-isu korban bencana alam maupun perang selalu mereka gunakan sebagai strategi selain menanamkan idiologi radikalisme. Ini yang perlu kita waspadai.

Berbahagia lah, Banser Tanggap Bencana hadir di tengah masyarakat yang terdampak bencana. Sudah lebih dari sewindu pelayanan penanggulan bencana oleh Banser Tanggap Bencana dilakukan, sehingga warga NU dan masyarakat lainnya punya pilihan dalam memberikan bantuan dan atau mengakses bantuan kebencanaan secara bermartabat.

Kehadiran Banser dalam melakukan penanggulan bencana bukan hanya persoalan menolong masyarakat terdampak bencana saja, juga bagian dari aksi kontra, melawan radikalisme atas nama lembaga kemanusiaan.

Terus bergerak sahabat-sahabat BAGANA!

Selamat Harlah GP Ansor Ke-91, 24 April 2025.

Penulis,
Agung Rahadi Hidayat
BAGANA Lampung

2 Suka